warna biru masih mewarnai langit jakarta sama seperti kendaraan yang memadati jalan perkotaan. aku masih sibuk dengan urusanku, membuat makalah dan menyiapkan presentasi untuk hari ini. itulah mahasiswa, bagai anak burung yang sedang belajar terbang untuk bisa melintasi langit yang lebih luas. pagi itu, aku sudah bersiap pergi ke tempat ku menuntut ilmu, tempat dimana ku gantungkan cita-citaku disana. aku bukan anak konglomerat yang menggunakan kendaraan pribadi ke kampus, bus kota adalah kendaraanku sehari-hari. bukan bus yang dilengkapi air conditioner ataupun toilet didalamnya. bus kota yang sering ku naiki hanya bus tua yang dipaksa melaju dengan banyak karat disana sini. dengan harap-harap cemas ku menunggu bis biruku, mengharap akan tersisa satu bangku untukku. senyumku mengembang saat ku lihat bus biru dari kejauhan, tanpa menunggu lagi segera ku hampiri dan berlomba dengan penunpang lain. hari ini hari senin, ahh,, aku benci hari ini. karna semua orang pasti berangkat pagi dan bus kota akan penuh sesak. benar dugaanku, kursi telah terisi penuh. orang-orang pun telah banyak yang berdiri dan dengan langkah malas aku terpaksa tetap naik agar tak terlambat mata kuliah pertama. pelajaran logika yang menurutku hanya membuat otak terasa sakit. pelajaran yang selalu membolak-balikkan persepsi dengan kenyataan. entah mana yang benar, aku hanya datang dan duduk lalu mengangguk pura-pura mengerti. teriknya matahari membuat keringatku mengucur deras, ditambah desak-desakan orang di bus menambah hawa panas tubuh. yang terlintas hanya tempat duduk disamping jendela dengan angin yang sepoi-sepoi. tak sebentar aku berdiri di bus itu, jarak antara bekasi dengan ciputat bukanlah jarak yang dekat. ditambah dengan tersendatnya jalan karena volume kendaraan yang kian meroket. sudah hampir satu jam aku berdiri dan akhirnya sampai di tempat transit pertama. kampung rambutan yang sesat dengan pedagang dan kendaraan umum. kenek mulai berteriak mempromosikan angkutannya dan pedagang yang hilir mudik menjajakan dagangannya. panasnya hari itu menambah sesak terminal kampung rambutan. terdengar hentakan sepatu TNI disebelah terminal. terlihat barisan rapih orang berseragam yang sedang memegang senjata. namun itu bukanlah pemandangan baru, disebelah terminal kampung rambutan memang berdiri gedung kepolisian yang siap mengamankan keamanan disana.
BERSAMBUNG...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar